A. PENGERTIAN
Imunisasi pada dasarnya merupakan
upaya memberikan kekebalan aktif kepada seseorang dengan cara memberikan
vaksin. Dengan Imunisasi, seseorang akan memiliki kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Sebaliknya, jika tidak
diimunisasi, seseorang akan mudah terkena penyakit tersebut.
Beberapa dasar hukum yang digunakan
pada pelaksanaan program imunisasi tersebut antara lain:
1.
Permenkes
No. 42 tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Imunisasi
2.
Kepmenkes
No. 1626/Menkes/SK/XII/2005 Tentang Pedoman Pemantauan Dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
3.
Kepmenkes
RI, No. 428/MENKES/ SK/ IV/ 2010 tentang Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional
UCI 2010 -2014
Sejarah perkembangan imunisasi di
Indonesia terlihat pada tabel di bawah ini:
Tahun
|
Perkembangan Imunisasi
|
1956
|
Imunisasi Cacar
|
1973
|
Imunisasi BCG
|
1974
|
Imunisasi TT pada ibu hamil
|
1976
|
Imunisasi DPT pada bayi
|
1977
|
Imunisasi dijadikan upaya global
oleh WHO (EPI = Expanded Program on Immunization)
|
1980
|
Imunisasi Polio
|
1982
|
Imunisasi Campak
|
1990
|
Indonesia mencapai UCI Nasional
|
1997
|
Imunisasi Hepatitis B
|
2004
|
Introduksi DPT-HB
|
2013
|
Introduksi vaksin DPT/HB/HiB
|
2014
|
Vaksin pentavalen DPT-HB-Hib
Pentabio
|
Vaksin pentavalen merupakan gabungan
dari 5 jenis vaksin dalam satu sediaan. Kelima vaksin tersebut meliputi :
1. Difteri –> Kuman yang menyebabkan
penyakit difteri, menyerang salura pernapasan, menimbulkan lapisan putih di
tenggorokan dengan efek dapat menyumbat saluran nafas, dan toksinnya dapat
mengganggu kerja jantung.
2. Pertusis –> kuman penyebab
penyakit batuk rejan atau batuk 100 hari dengan ciri khas batuk beruntun
3. Tetanus –> kuman penyebab
penyakit tetanus, yaitu kekakuan seluruh tubuh termasuk otot pernapasan
sehingga menyebabka kematian akibat gagal nafas
4. Hepatitis B –> virus penyabab
peradangan pada hati dimana keadaan kronis dapat menyebabkan kerusakan hati
(sirosis hepatis) dan kanker hati (hepatoma)
5. Haemophilus influenza tipe B –>
kuman penyebab radang paru-paru (pneumonia) dan radang otak (meningitis)
terbanyak pada anak-anak
Vaksin
pentavalen tergolong program imunisasi dasar pemerintah dimana wajib diberikan
kepada semua bayi di Indonesia seuai usia. Vaksin disediakan oleh pemerintah
dan diberikan melalui puskesmas, posyandu, dokter praktek, bidan dan sarana
kesehatan lainnya. Selain pentavalen, imunisasi dasar yang lain meliputi BCG,
polio dan campak.
Sejarah
imunisasi di Indonesia diawali pada tahun 1956 dengan dimulainya imunisasi
cacar (beda dengan cacar air red) dimana hasil mengeradikasi penyakit tersebut.
Dilanjutkan dengan imunisasi BCG mulai tahun 1973 dan DPT mulai tahun 1976.
Imunisasi polio mulai tahun 1981 dan campak 1982. Vaksin kombo (DPT-HB) mulai
digunakan tahun 2006 dan dilanjutkan dengan pentavalen 2014. Jadi vaksin
pentavalen kedudukannya menggantikan vaksin 1981 dan campak 1982 . vaksin kombo
(DPT-HB) mulai digunakan tahun 2006 dan dilanjtkan dengan pentavalen tahun
2014. Jadi vaksin pentavalen kedudukannya menggantikan vaksin sekarang tidak ada
lagi.
WAKTU PEMBERIAN
Vaksin pentavalen hanya diberikan pada bayi yang belum
pernah mendapat vaksin kombo. Apabila sudah mendapatkan imunisasi kombo dosis
pertama atau kedua, tetap dilanjutkan dengan pemberian vaksin kombo sampai
dosis ketiga. Bagi bayi dibawah 3 tahun yang belum mendapat vaksin kombo 3
dosis, dapat diberikan vaksin pentavalen pada usia 18 bulan dan imunisasi
lanjutan diberikan minimal 12 bulan dari vaksin pentavalen dosis ketiga.
Pemberian vaksin pentavalen sama dengan vaksin kombo
yaitu pada umur bayi 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan untuk imunisasi dasar. Untuk
imunisasi lanjutan vaksin pentavalen diberikan pada umur anak paling cepat 18
bulan sampai 3 tahun. Jadi total vaksin pentavalen diberikan sebanyak 4 kali
dimana pemberian 1-3 di vastus lateralis (sisi luar paha) kiri-kanan-kiri
secara IM. Pemberian ke-4 diberikan di deltoid (lengan kanan atas) secara IM.
·
Pentavalen
TIDAK BOLEH digunakan pada bayi yang baru lahir.
·
Pemberian
pentavalen merupakan bagian dari imunisasi dasar pada bayi. Diberikan pada bayi
usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan dan pada anak usia 1,5 tahun
·
Vaksin
ini aman dan efektif diberikan bersamaan dengan vaksin BCG, campak, polio (OPV
atau IPV) dan suplemen vitamin A.
·
Jika
vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin lain, harus disuntikkan pada
lokasi yang berlainan.
Di negara-negara dimana pertusis
menjadi bahaya tertentu pada bayi, vaksin ini harus dimulai secepat mungkin
dengan dosis pertama pada usia 6 minggu, dan dua dosis berikutnya diberikan
dengan jarak waktu 4 minggu.
Vaksin ini aman dan efektif
diberikan bersamaan dengan vaksin BCG, campak, polio (OPV atau IPV),yellow
fever dan suplemen vitamin A. Jika vaksin ini diberikan bersamaan
dengan vaksin lain, harus disuntikkan pada lokasi yang berlainan. Vaksin ini
tidak boleh dicampur dalam satu vial atausyringe dengan vaksin
lain.
Sasaran
imunisasi untuk anak dikategorikan menjadi 2, yaitu untuk bayi dan batita.
Untuk bayi, imunisasi yang diberikan merupakan imunisasi dasar yang terdiri
atas Hepatitis, BCG, Polio 1-4, Pentavalen (DPT-BH-Hib), dan campak.
Pembagiannya sesuai dengan usia bayi dibagi menjadi sebagai berikut
Sasaran dan Jadwal Pemberian
Sasaran dan Jadwal Pemberian
Sasaran
·
Imunisasi
dasar : Bayi
·
Imunisasi
lanjutan : Batita
· Imunisasi DPT: Memberikan kekebalan
bagi bayi terhadapat penyakit Dipteri, Pertusis (batuk rejan) dan tetanus.
· Imunisasi Hib: Mencegah bayi terkena
infeksi Haemophils influenza tipe b yang dapat menyebabkan penyakit meningitis,
infeksi tenggorokan dan pnemonia. Imunisasi Hib ini sangat mahal, maka belum di
wajibkan.
Sedangkan untuk batita, imunisasi
yang diberikan merupakan imunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan ini tak kalah
pentingnya untuk pencegahan penyakit pada anak. Untuk imunisasi lanjutan, anak
akan diberikan DPT-HB-Hib dan campak. Pembagian imunisasi lanjutan untuk usia
batita dibagi menjadi sebagai berikut:
- Batita berusia 18 bulan (1,5 tahun) diberikan imunisasi DPT-HB-Hib (minimum berjarak 12 bulan dari DPT-HB-Hib dosis terakhir)
- Batita berusia 24 bulan (2 tahun) diberikan imunisasi campak (minimum berjarak 6 bulan dari campak dosis pertama)
- Batita berusia 18 bulan (1,5 tahun) diberikan imunisasi DPT-HB-Hib (minimum berjarak 12 bulan dari DPT-HB-Hib dosis terakhir)
- Batita berusia 24 bulan (2 tahun) diberikan imunisasi campak (minimum berjarak 6 bulan dari campak dosis pertama)
CARA PENYIMPANAN
Vaksin pentavalen disimpan di lemari es bersuhu 2-8
derajat C da proses transportasi menggunakan cooling pack (ingat cooling pack
berisi air dingin, bukan berisi es). Vaksin tahan disimpan sampai tanggal
kadaluarsanya atau sepanjang indikator suhu pada vial (tanda kotak dikelilingi
bulatan) warnanya masih aman (warna kotak tidak sama atau lebih tua dari warna
bulatan). Jika sudah dibuka sebaiknya digunakan dalam waktu 2 minggu.
KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi pemberian vaksin pentavalen meliputi adanya alergi
atau hipersensitifitas terhadap komponen vaksin (termasuk pengawetnya
thimerosal), dan kejang atau kelainan saraf serius lainnya (kontraindikasi
terhadap komponen pertusis).
EFEK
SAMPING
Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang dapat terjadi meliputi
reaksi lokal seperti bengkak, nyeri, kemerahan, dan demam.
PENTAVALEN AMAN
Vaksin pentavalen aman. Sebelum
diberikan pada manusia, setiap jenis vaksin sudah dipastikan keamanannya melalui
proses pemeriksaan oleh Badab POM dan lembaga internasional. Demam setelah
imunisasi merupakan reaksi normal yang dapat diatasi dengan obat penurun panas.
KOMPOSISI
Tiap dosis (0,5 mL) mengandung
Zat aktif
Toksoid Difteri murni 20 Lf
(k. 30 IU)
Toksoid Tetanus
murni 5 Lf
60 IU)
B. pertussis
inaktif 12 OU (k 4 IU)
HbsAg 10
mcg
Konjugat
Hib 10 mcg
Zat tambahan
sebagai aluminium
fosfat 0,33
mg
Thimerosal 0,025
mg
FORMAT ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI IMUNISASI
PADA ANAK. “J” USIA 10 BULAN DENGAN
IMUNISASI PENTABIO
I.
PENGKAJIAN
Hari / Tanggal : Sabtu/07-05-2016 Pukul
: 13.30 WIB
SUBJECTIVE DATA
1. Identitas
Bayi
Nama : An. “J”
Tanggal Lahir : 18-06-2015
Jenis Kelamin : Laki-laki
Orang Tua
Nama : An. “J”
Tanggal Lahir : 18-06-2015
Jenis Kelamin : Laki-laki
Orang Tua
Ayah
|
Ibu
|
|
Nama Umur
Suku/Bangsa Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat |
Tn.”S”
(24)
Indonesia
Islam
SMA
Swasta
Pandaan
|
Ny.”H”
(21)
Indonesia
Islam
SMA
Swasta
Pandaan
|
2. Keluhan Utama
: Ibu
mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya.
3. Riwayat
Prenatal
a.
Kehamilan ke : 1
b. Tempat ANC : BPM
c. Imunisasi TT : TT5
d. Obat-Obatan
yang pernah diminum selama hamil : Fe, Kalk, B.com, B6
e. Penerimaan
Ibu/Keluarga Terhadap kehamilan : Sangat senang
f. Masalah yang
pernah dialami ibu saat hamil : Mual Muntah
4. Riwayat IntraNatal
a. Persalinan
ke : 1
b. Tempat dan
penolong persalinan : Rumah Sakit
(Bidan)
c. Masalah saat
persalinan : Tidak Ada
d. Cara
Persalinan : Spontan B
e. Lama
persalinan : 8 Jam
Kala 1 : ± 7 jam
Kala II : ± 1 jam
Kala II : ± 1 jam
5.
Keadaan bayi saat lahir
Segera
menangis/tidak
: Segera menangis
BB lahir/PB Lahir : BB 3000 Gram/ 50 Cm
BB lahir/PB Lahir : BB 3000 Gram/ 50 Cm
6.
Riwayat Kesehatan
Bayi : Ibu mengatakan bayinya tidak pernah sakit parah sejak lahir sampai sekarang
Keluarga : keluarga mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular (TBC,HIV/AIDS, Hepatitis), Penyakit menurun (Asma, DM, Hipertensi), dan Penyakit menahun (Jantung).
Bayi : Ibu mengatakan bayinya tidak pernah sakit parah sejak lahir sampai sekarang
Keluarga : keluarga mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular (TBC,HIV/AIDS, Hepatitis), Penyakit menurun (Asma, DM, Hipertensi), dan Penyakit menahun (Jantung).
7.
Riwayat Imunisasi menurut
IDAI 2011
Jenis Imunisasi
|
Umur Diberikan
|
BCG + Polio
Pentabio + Polio
Campak
|
3 hari
2 bulan
4 bulan
9 bulan
|
g.
Data Kebutuhan Biologis
a.
Kebutuhan Nutrisi
Jenis Makanan dan Minuman : Asi/ susu formula
Frekuensi : sebanyak mungkin, 2 jam sekali
Banyaknya : sebanyak mungkin, setiap menangis
Jenis Makanan dan Minuman : Asi/ susu formula
Frekuensi : sebanyak mungkin, 2 jam sekali
Banyaknya : sebanyak mungkin, setiap menangis
b.
Kebutuhan Eliminasi
BAB
Frekuensi
: 1x/sehari
Warna : kuning
Konsistensi : lembek
Masalah : tidak ada
Warna : kuning
Konsistensi : lembek
Masalah : tidak ada
BAK
Frekuensi
: ± 4-5x/sehari
Warna :kuning jernih
Masalah :tidak ada
Warna :kuning jernih
Masalah :tidak ada
c.
Kebutuhan Personal Hygiene
Frekuensi Mandi : 2x/sehari
Frekuensi Ganti pakaian : 2x/sehari
Penggunaan popok anti tembus : iya
Frekuensi Mandi : 2x/sehari
Frekuensi Ganti pakaian : 2x/sehari
Penggunaan popok anti tembus : iya
h.
Data Psikososial dan Spiritual Orang Tua/Keluarga
a. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi :sangat
senang
b. Tanggapan keluarga terhadap keadaan bayi : sangat senang
c. Pengambil keputusan dalam keluarga : suami/ ayah
d. Pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi :sudah bepengalaman
b. Tanggapan keluarga terhadap keadaan bayi : sangat senang
c. Pengambil keputusan dalam keluarga : suami/ ayah
d. Pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi :sudah bepengalaman
10. Kebiasaan
atau ritual dalam keluarga berkaitan dengan kelahiran dan perawatan bayi
Cuplak puser
B.
OBJECTIVE DATA
- Pemeriksaan
umum
a. Keadaan umum : cukup
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda Vital : N: 100x/menit, S : 36,7, RR : 30x/menit
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda Vital : N: 100x/menit, S : 36,7, RR : 30x/menit
2. Pemeriksaan
Antropometri
a. BB
: 6700 Gram
b. PB
: 67 Cm
c. Lingkar
kepala: 34 Cm
d. Lingkar
dada : 35 Cm
e. LILA :
11 Cm
3. Pemeriksaan
Khusus
Inspeksi
a. Kepala
: Rambut bersih , warna hitam , tidak ada benjolan abnormal
b. Muka
: tidak ikterus, wajah tidak pucat,
wajah tidak scyanosis
c. Mata :
simetris, sklera ikterus, konjungtiva merah muda, tidak ada strabismus
d. Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen.
e. Hidung
: simetris, tidak ada atresia koana, ada pernafasan
cuping hidung
f. Mulut
: mukosa bibir lembab, tidak ada
stomatitis
g. Leher
: tidak ada benjolan
h. Dada/mamae
: simetris,tidak retaksi
dada.
i. Perut
:tidak ada pembesaran abnormal
j. Ektremitas Atas : pergerakan
aktif +, jari-jari lengkap, tidak ada kelainan.
Ektremitas Bawah : pergerakan
aktif +, jari-jari lengkap, tidak ada kelainan.
k. Genetalia : tidak ada
kelainan, anus +
Palpasi
a.
Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, limfe
dan kelenjar tyroid
b.
Perut : tidak ada kembung, tidak ada nyeri tekan
Perkusi
a.
Perut : tidak kembung
Auskultasi
a.
Dada : tidak ada wheezing dan ronchi
b.
Perut : bising usus normal (3-5x/menit)
4. Pemeriksaan
Repkeks Primitif
a.
Repleks Moro : +
b.
Repleks Rooting : +
c.
Repleks Mengenggam : +
d.
Repleks Sucking : +
e.
Repleks Tonick Neck : +
Pemeriksaan
Penunjang
a.
Laboratorium : tidak dikaji
b.
Rontgen : tidak dikaji
c.
CT Scan : tidak dikaji
d.
USG : tidak dikaji
II.
INTERPRETASI
DATA
DATA DASAR
|
DX,MASALAH, KEBUTUHAN SEGERA
|
||
DS : Ibu mengatakan ingin
mengimunisasikan anaknya.
DO :
TTV :
N : 100x/menit
S : 36,5
RR : 30x/menit
BB : 6700 gram
PB : 67 cm
LK : 34 cm
LD : 35 cm
Lila : 11 cm
|
DX : An. “J” usia 10 bulan dengan
imunisasi pentabio
|
III. DIAGNOSA POTENSIAL
IV.
TINDAKAN SEGERA
V. PERENCANAAN
Tanggal : 07-05-2016 Jam
:13.30 WIB
Tujuan: Setelah
dilakukan asuhan kebidanan selama ± 15 menit diharapkan bayi mendapatkan imunisasi
pentabio
Kriteria
Hasil :K/U : Baik, Kesadaran : Compos Mentis, TTV dalam batas normal
N :
60-100x/menit
RR :
30-40x/Menit
S :
36,5-37,5
Rencana
Asuhan dan Rasional :
1.Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga
R/ Agar keluarga lebih kooperatif
2.Lakukan
pemeriksaan pada pasien
R/ mengetahui keadaan pasien
3.Jelaskan
fungsi faksin pentabio
R/ untuk
terhindar dari penyakit : dipteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, dan
meringitis
4.Jelaskan
tentang efek samping imunisasi pentabio
R/ ibu tenang dengan keadaannya
5.Siapkan
alat dan vaksin
R/
imunisasi berjalan lancar
6.Lakukan
penyuntikan pentabio
R/
menyuntikan pentabio di 1/3 paha atas secara IM
7.Kolaborasi
dengan dokter Sp.A
R/
memberikan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan pasien
8.Dokumentasi
hasil tindakan
R/
sebagai bukti telah dilakukan tindakan
9.Anjurkan
kembali untuk imunisasi selanjutnya atau jika ada keluhan.
R/mendapatkan
imunisasi selanjutnya
VI.
PELAKSANAAN
1. Melakukan
bina hubungan saling percaya antara keluarga pasien dan petugas kesehatan agar
kooperatif.
2. Melakukan
pemeriksaan pada pasien :
K/U :
Cukup
|
Kesadaran:
Compos Mentis
|
TTV : N : 100x/menit, S : 36,5, RR : 30x/menit
BB :
6700 gram, PB : 67 cm, LK : 34 cmLD
: 35 cm ,Lila : 11 cm
3.
Menjelaskan fungsi vaksin pentabio untuk mencegah penyakit difteri,
pertusis, tetanus, hepatitis B, dan meringitis
4.
Menjelaskan tentang efek samping imunisassi pentabio yaitu suhu anak naik
(demam)
5.
Menyiapkan alat dan vaksin pentabio yaitu vaksin di dalam lemari es, buka
kemasan, spuit 3cc ambil vaksin 0,5ml , kapas alcohol, bengkok, hepavik
6.
Melakukan penyuntikan pentabio di 1/3 paha atas bagian luar secara IM
7.
Melakukan kolaborasi dengan dokter SpA untuk pemberian terapi obat
paracetamol penurun deman/ panas pada anak yaitu 3x1
8.
Melakukan pendokumentasian hasil tindakan sebagai bukti telah dilakukan
tindakan.
9.
Menganjurkan kembali untuk mendapatkan imunisasi selanjutnya.
VII.
EVALUASI
Tanggal:07-05- 2016 Jam: 13.45 WIB
S: Ibu
mengatakan sudah lega anaknya telah mendapatkan imunisasi pentabio
O: K/U : baik
, Keasadaran : Compos mentis
TTV : N : 100x/menit, S : 36,5, RR : 30x/menit
BB : 6700 gram, PB : 67 cm, LK
: 34 cm, LD : 35 cm, Lila : 11 cm
A: An. “J” usia 10 bulan dengan imunisasi pentabio
P: - Anjurkan ibu meminumkan obat penurun panas
-
Anjurkan ibu kembali lagi
untuk mendapatkan imunisasi selanjutnya atau jika ada keluhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar